Kebumen News (8 Maret 2021)
Terletak di wilayah Kalibuntu Desa Jagasima Kecamatan Klirong masih terdapat binatang purba peninggalan era dinasaurus. Binatang itu masih hidup sampai sekarang. Binatang itu adalah penyu jenis lekang.
Sekretaris Desa yang terkenal sebagai Bapak Penyu ini menceritakan proses penangkaran penyu yang dilakukan Pokdarwis. Diawali dari keprihatinan penyu Lekang sangat istimewa yang banyak di wilayah Kalibuntu itu dikhawatirkan punah.
“Tapi karena tidak tahu masyarakat sini banyak memanfaatkan tangkapan penyu ini untuk dimakan. Jadi oleh masyarakat kalau berhasil menangkap penyu, dibawa pulang langsung dipotong dan dimakan.” Tutur Kastam Sekretaris Desa Jagasima yang dikenal sebagai Bapak Penyu karena akrab dengan penyu-penyu.
“Setelah masyarakat tahu kalau penyu ini termasuk binatang yang dilindungi, Pokdarwis Gajah Gunung Jagasima mulai tahun 2018 berupaya menyelamatkan telur-telur penyu yang ada di pantai Jagasima khususnya dari ancaman, baik manusia maupun predator. Predator alam juga ada karena setiap telur penyu yang menetas itu masih bau anyir kalau langsung masuk ke laut itu banyak jadi perhatian, bisa jadi predator langsung menerkamnya. Setelah menetas anak-anak penyu ditangkar dulu sekitar satu sampai tiga minggu baru dilepas.

“Jadi tujuan kita untuk melestarikan salah satu binatang purba yang usianya bisa mencapai dua ratusan tahun (200-an) per 1 ekor penyu.” Sahut Kastam. Itulah mengapa masa birahi penyu juga lama sekitar 80 tahun baru penyu mau kawin. Jadi karena termasuk binatang yang sudah langka dan dilindungi oleh undang-undang maka kita berusaha untuk menjaga kelestarian alam
Kelompok Sadar Wisata desa Jagasima serius melestarikan binatang peninggalan zaman purbakala yaitu penyu jenis Lekang. Purba maksudnya adalah seperiode dengan dinasaurus. Binatang itu hampir punah.
“Kalau kita biarkan (ditangkap dan dimakan: red) nanti lama-lama hanya tinggal nama saja. Jadi sebelum kelompok sadar wisata itu membeli telur-telur penyu di pantai, tadinya masyarakat yang menemukan telur penyu itu dijual ke pasar bahkan sampai ke luar daerah. Bahkan ada yang oleh masyarakat dimasak untuk dibuat semur, jamur dan lain sebagainya. Nah kalau yang seperti ini dibiarkan dikhawatirkan Penyu Lekang nanti hanya tinggal nama saja.” Sambung Kastam.
“Makanya kita sepakat di desa Jagasima membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Kelompok ini tugas intinya adalah untuk melaksanakan konservasi (penyelamatan) penyu.” Tutur Munajat Ketua Pokdarwis. Telur yang ditemukan dan mau dijual itu kita sosialisasi kepada masyarakat. “Tolong kalau ada yang menemukan telur, jangan dijual tapi kasihkan sama kita, nanti diberi uang sama kita untuk ganti uang keringat mereka. Selama ini kita pakai uang sendiri untuk membeli telur-telur itu. Kita beli pakai uang sendiri untuk beli pakan setelah telur penyu itu menetas hingga tiga minggu sebelum dilepas ke laut.
“Setelah dibeli telur itu ditanam di pasir atau ditetaskan sekitar 40 hari sampai 70 hari. Setelah menetas itu nanti kita lepas lagi dia, nanti itu akan berkembang biak di laut. Perkembang biakan penyu dibutuhkan karena penyu itu bisa menyuburkan biota laut, makanya dilindungi sama undang-undang, tidak boleh diperjualbelikan, ataupun tidak boleh untuk dimakan. “Tutur Kastam sesepuh Pokdarwis Gajah Gunung Jagasima sekaligus Sekdes Jagasima.
“Ada sebagian yang sudah kita tangkarkan, kenapa kok kita tangkar padahal kan itu harus dilepas, karena kita sudah punya ijin resmi dari Balai konservasi sumber daya alam provinsi, kita sudah ada SK secara resmi untuk konservasi yang tujuannya adalah untuk kepentingan edukasi atau pendidikan bisa untuk ini untuk anak-anak sekolah” Pungkas Munajat.
Masyarakat juga bisa melepaskan penyu-penyu itu dengan mengganti biaya perawatan.