Oleh Ovi*
Bangun dan Bergeraklah
matahari sudah tinggi
dan diri masih tetap begini
masih seenak perut,
kenyang lalu terbenam
bersiaplah menelan kekecewaan
bersama riak penyesalan
terpasung nestapa
sesak dirasa dada
bahkan,
matahari masih berbaik hati
ia menunggu sampai kau berada di atas
hingga kedudukannya sejajar
lalu apa yang kau perbuat?
pedulimu hanya perut sampai membulat
mimpimu hendak di kemanakan, jika hanya bergulat dengan kenyamanan hidupmu saja
bangun dan bergeraklah
selagi panas matahari belum membakar tubuhmu
bangun dan bergeraklah
kau terlalu berharga untuk menyerah
Tokoh Fiktif
aku menimbang
perihal hati dan logika; perihal cinta dan nyaman
aku merasakan
getar dan debar dalam dada; sungguh kuat dan aneh
renjana yang meronta-ronta
ingin hati bisa bersama
menjadi utuh dengan berdua
malam menyudahi senja
aku terbangun dari lamunan
aku,
hanya tokoh fiktif di hidupmu
Maaf, Tuhan
bukan masalah jika ragamu sukar ku sentuh
sebab aku tak ingin kalah
dalam mendekati-Nya secara utuh
bukan bencana jika rasaku tertolak olehmu
sebab cintaku tahu jalan pulang
tak takut pada gelapnya malam
hanya terkadang,
rasaku kian menderu
terngiang akan engkau
bertutur akan melupakanmu
nyatanya semakin mengingatmu
selemah itu diriku
rapalan doa ku persembahkan
pada-Nya Yang Maha Pengampun
atas cinta yang ternyata hanya bualan
Maaf, Tuhan
Sebuah Perjuangan
Mesin digenjot, terdengar bisingnya
Tangan yang renta lihai bergerak
Asik mataku memandang
Sesekali kau bangun
Terbatuk-batuk, lalu mereguk obat
Dan kembali bersimpuh di depan mesin
Aku mengetahui,
Bukan batukmu jadikanmu lara
Awan hitam pagi tadi mengunjungimu
Berjalan memenuhi ruang kepala
Bu, panggilku di waktu senja
Kasihan nasinya diabaikan,
Mari, biar aku suapi
Namun, kau hanya diam mematung
Bungkuk tubuhnya semakin menunduk
Suara mesin terhenti
Hanya, kini kau yang berisik
Isak tangis menderu kencang
Kau, kenapa Bu?
*Ovi adalah mahasiswi IAINU Kebumen. Aktif di organisasi PMII Kabupaten Kebumen. Penyuka sastra dan tantangan.